Harga Batu Bara Jatuh, Terseret Ambruknya Harga Minyak & Gas

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga batu bara dibuka melemah pada awal pekan ini. Koreksi ini terjadi seiring dengan ambruknya harga energi lainnya seperti minyak mentah dan gas alam.

Merujuk pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Februari ditutup di posisi US$ 129,75 per ton atau melemah 0,57% pada perdagangan Senin (8/1/2024). Pelemahan ini mematahkan tren penguatan harga sepanjang tiga hari beruntun.

Penguatan ini menjadikan harga batu bara berada di bawah level psikologis US$ 130 per ton. Sepanjang tahun ini, harga batu bara hanya mampu sekali berada di atas level psikologis tersebut.

Harga batu bara jatuh sejalan dengan ambruknya harga komoditas energi lainnya. Harga energi kembali ambruk pada perdagangan kemarin, mulai dari minyak, gas, hingga batu bara. Harga jatuh karena melemahnya permintaan global, tingginya pasokan, serta kebijakan pemangkasan harga minyak oleh Aran Saudi.

Harga minyak brent jatuh 3,3% menjadi US$ 76,19 per barel sementara WTI jeblok 4,3% ke US$ 70,63 per barel sementara harga gas alam Eropa jeblok 8,6%.

Harga minyak ambruk setelah raksasa Arab Saudi, Saudi Aramco, memangkas harga minyak ke konsumen Asia sebesar US$ 2 per barel. Pemangkasan ini dilakukan karena terus melemahnya permintaan, terutama dari China.

Batu bara, minyak, dan gas alam adalah energi yang saling bersaing sehingga harganya akan saling mempengaruhi.

Harga batu bara juga terkoreksi meski perdagangan di pasar batubara termal Asia mungkin terbatas, akibat pelaku pasar memantau permintaan Tiongkok menjelang Tahun Baru Imlek pada Februari, menurut S&P Global Commodity Insights.

Tahun Baru China atau imlek biasanya akan mendorong tingkat belanja, konsumsi, dan pariwisata. Hal ini akan mendorong industri memaksimalkan produksinya untuk memenuhi permintaan.

Lonjakan produksi dari pelaku industri akan memacu permintaan energi yang semakin tinggi, sehingga China sebagai konsumen batu bara terbesar dunia dapat mendorong kenaikan harga.

Kendati demikian, nampaknya lonjakan harga masih belum terlihat pada perdagangan hari ini. Namun, sentimen ini dapat mendorong laju harga batu bara ke depan.

Melansir Reuters, tingginya permintaan tidak banyak mempengaruhi harga karena Indonesia dan Australia, dua negara pengirim bahan bakar terbesar yang digunakan terutama untuk menghasilkan listrik, mengalami peningkatan ekspor yang besar.

Salah satu alasan mengapa tingginya permintaan batubara termal tidak terlihat pada harga yang lebih tinggi adalah karena India, importir batubara terbesar kedua, telah mengurangi pembelian. Perlu juga dicatat bahwa India telah melakukan diversifikasi pemasok batu baranya, mengambil volume yang lebih tinggi dari Afrika Selatan

Beralih ke belahan bumi bagian barat, pedagang gas dan listrik di Eropa sedang memantau musim dingin pertama yang mulai menunjukkan suhu dinginnya. Hal ini terlihat dari suhu di Skandinavia turun di bawah minus 40 derajat Celcius.

Selain itu, tenaga angin diperkirakan menurun tajam pada pekan ini, sehingga harga energi berkemungkinan melonjak. Namun, hingga saat ini harga gas, sebagai komoditas energi pilihan Eropa dan substitusi batu bara, melemah karena melimpahnya pasokan dari Norwegia yang kini merupakan pemasok terpenting ke Inggris dan Eropa. https://tampansamping.com/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*