Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Efek Indonesia (BEI) merespon komentar tim kubu pasangan calon presiden (capres) Ganjar Pranowo dan calon wakil presiden (cawapres) Mahfud MD yang membandingkan kinerja pasar modal Indonesia era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Berdasarkan datanya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di level 853,39 pada 20 Oktober 2004. Kemudian, posisi IHSG berada di level 5.028,95 pada 17 Oktober 2014. Selama 10 tahun era pemerintahan SBY, IHSG tumbuh 489,29%.
Sementara, posisi IHSG pada 20 Oktober 2014 di level 5.028,95. Kemudian, IHSG berada di level 7.350,62 pada 5 Januari 2024 lalu. Selama pemerintah Jokowi hingga saat ini, IHSG tumbuh 46,17%.
Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan, pergerakan IHSG dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya dari kondisi makro ekonomi domestik maupun internasional.
“IHSG itu terdiri dari berbagai macam komponen ya, kondisi makro, ya kalau kita bicara kondisi makro itu kan termasuk internasional dan domestik nah tinggal lihat pada saat Pak SBY saya nggak ngamatin terus,” ujarnya saat ditemui di gedung BEI Jakarta, Selasa (9/1).
Iman melanjutkan, pergerakan IHSG juga tidak luput dari pengaruh kondisi global karena berkaitan dengan dana asing masuk ke pasar modal Tanah Air. Sebab kondisi global dan domestik di masing-masing era pemerintahan Jokowi maupun SBY berbeda.
“Jadi gak hanya jumlah emitennya juga berubah jadi banyak hal yang mempengaruhi indeks itu,” pungkasnya. https://sayurkana.com/