Jakarta, CNBC Indonesia – Di tengah sentimen politik, PT Sucor Sekuritas memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan mencapai Rp 8.000 hingga akhir tahun 2024.
Chief Economist Sucor Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan, konsumsi domestik saat Pemilu 2024 diperkirakan akan naik didorong oleh pengeluaran dari organisasi non-profit. Ia pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,2% di tengah perlambatan global.
“Sehingga Jakarta Composite Index (JCI) kemungkinan kita prediksi bisa akan tembus sampai akhir tahun jadi Rp7.800 sampai dengan Rp8.000. Rp8.000 dengan asumsi dari pertumbuhan ekonomi di sekitar 5,1% dari GDP,” kata Ahmad saat ditemui usai Dialog Arah Kebijakan Investasi dan Pasar Modal 2024-2029 APINDO, di Jakarta, Senin, (8/1/2024).
Menurutnya, IHSG akan melesat pada pertengahan tahun, menunggu hasil Pemilu. Sejauh ini, Sucor Sekuritas melihat Pemilu kemungkinan berlangsung dua putaran.
“Jadi saya perkirakan begitu market, para pelaku pasar tahu bahwa pemenang pemilu itu di bulan Juni, katakanlah di second round. Maka indeks harga saham gabungan akan bergerak cukup kuat ya,”
Terkait potensi sektoral, Ahmad melihat bahwa saham-saham blue chip dan yang ada di indeks LQ45 kemungkinan akan perform bagus. Kenaikan akan ditopang oleh kinerja saham-saham perbankan dan consumer goods.
“Perbankan tentu akan naik lebih tinggi karena IPS growth-nya akan quite strong karena loan growth akan lebih baik. Kalau tahun lalu perkiraan loan growth itu di akhir Desember sekitar 9%, loan growth perbankan tahun ini bisa sekitar 12%. 10-12%. Jadi artinya laba-laba perbankan terutama yang blue chip itu akan jauh lebih bagus,” jelasnya.
Sementara sektor consumer diperkirakan naik karena ada spending dari non-profit organization atau partai saat Pemilu. Kemudianretail, properti dan otomotif juga akan terdongkrak karena kredit pembiayaan yang tumbuh tahun ini.
Di sisi lain, Ahmad melihat, anomali kinerja IHSG yang didongkrak saham-saham berkapitalisasi besar milik konglomerat seperti saham-saham milik Prajogo Pangestu, tidak akan terjadi lagi di tahun ini.
“Artinya stok market kita kan didrive lebih ke arah fundamental daripada sentimen ya untuk tahun ini gitu ya. Apalagi tadi kondisi makroekonominya akan jauh lebih baik dibanding tahun lalu kan,” kata dia.
Di sisi lain, masih ada beberapa sektor yang diperkirakan menjadi pemberat tahun ini, yaitu sektor komoditas. Pasalnya, perlambatan ekonomi global akan menekan harga komoditas. Hal ini bisa dihindari bila tensi geopolitik meledak di timur tengah. https://roketgubuk.com/